Tuesday, 29 May 2012

Perempuan di Ufuk Fajar



“Panggil saya bu Fajar”, ucap beliau dengan logat Sunda kental seraya membenahi warung nasi sederhana miliknya. Saya memang kerap kali bertandang ke warung nasi sederhana milik Bu Fajar ketika rasa lapar menghampiri saya setelah jam- jam kuliah. Jika dirunut kembali, kehidupan mahasiswi perantaua, bisa dibilang serba kekurangan, apalagi jika berurusan dengan perut dan mari kaitkan dengan akhir bulan. Warung nasi Bu Fajar adalah penyelamat saya melewati tahun demi tahun di Jawa Barat, bahkan beliau kerap kali membiarkan kami berhutang disaat uang bulanan mulai menipis. Ia memang hidup serba kekurangan, namun tidak takut merugi. Beliau anggap kami sebagai anak, sosoknya sangat keibuan, mampu menjadi pengobat rindu saat jauh dari rumah. 
Warung milik Bu Fajar sederhana sekali, terhimpit diantara megah dan besarnya bangunan kos-kosan, membuat warungnya terlihat kecil dan rapuh, dengan cat yang sudah memudar dan pendar warna lampu yang temaram. Rumah yang ia tinggali memang jauh dari nyaman, kecil, sempit, dan beratap rendah. Rumah yang selalu ia pertahankan meskipun beberapa pihak memaksanya menjual rumah untuk pelebaran daerah kos-kosan. Ruang depan. ia sulap menjadi warung nasi, sesaat setelah memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai tukang cuci, saat ia mengaku kalah bersaing dengan bisnis laundry. Sakit punggung dan kaki sudah biasa, akibat berpuluh tahun menjadi tukang cuci, hanya saja, suami yang tidak berpenghasilan memaksa Bu Fajar terus memeras keringat.  
Plang sederhana bertuliskan warung nasi Fajar, bergoyang goyang diterpa angin setiap kali saya melewatinya. “kenapa nama warungnya Fajar, Bu?” tanya saya, memecah kesunyian pagi. Bu Fajar menoleh lalu ia tersenyum, memperlihatkan garis garis wajah yang tengah menua. “Pasti ambil dari nama ibu ya?” lanjut saya lagi. Beliau menggelengkan kepala, “Fajar itu sebuah langkah awal”, jawabnya seketika. Saya terdiam medengar jawaban sarat makna dari perempuan yang bahkan tidak menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Ia melanjuti, “Ibu kan keluar rumah saat masih Fajar, saat matahari belum kelihatan, Ibu sudah pergi ke pasar, jadi bisa dibilang Fajar itu langkah awal Ibu berjualan dan memulai hari”. Merasa terilhami oleh kata sarat makna beliau, saya menyadari bahwa ia juga telah terilhami oleh Fajar dari caranya memandang sebagai sebuah awalan, seakan seakan beliau mengisyaratkan kepada saya untuk memandang pagi sebagai sebuah langkah baru, lupakan saja hari buruk yang terjadi kemaren. Entah dari mana ia memperoleh pemahaman sarat makna dari kata sesederhana fajar, Saya terilhami untuk menyebut dirinya sebagai perempuan di ufuk fajar, perempuan sekaligus pahlawan yang bekerja sejak pagi pagi sekali demi keluarga, Ia mengartikan Fajar dengan cara pandang yang berbeda, sebagaimana beliau mengakui bahwa nama sebenarnya adalah Ani, tapi lebih senang di panggil Bu Fajar. “Panggil saja Bu Fajar,” ucapnya berulang kali.  
Perempuan di ufuk Fajar, yang harus bangun pagi pagi sekali untuk bekerja jumlahnya berkisar jutaan. Sudah menjadi hal yang lumrah jika perempuan ikut menanggung perekonomian keluarga. Terjatuh dan terpleset di sektor informal itu sudah biasa, Meskipun warung nasi merupakan usaha dengan modal relatif rendah dan tidak memerlukan keterampilan khusus namun usaha ini menjadi jalan bagi perempuan untuk masuk ke sektor publik rumah tangga. Masuknya perempuan ke sektor publik merupakan tanda penting bahwa peran perempuan dalam rumah tangga mengalami perkembangan dengan menunjukan kemandirian dalam menambah pendapatan rumah tangga. Karena Ketika ber-rumah tangga pemenuhan kebutuhan hidup menjadi lebih mendesak, tidak lagi berbicara mengenai satu individu mengingat setiap anggota rumah tangga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. 
Sektor informal dinilai dapat menampung masyarakat yang tidak mampu bersaing dalam sektor formal yang memerlukan sejumlah keahlian. Istilah sektor informal diperkenalkan pertama kali oleh Keith Hart, seorang antropolog Inggris pada tahun 1973. Menurutnya yang dimaksud dengan sektor informal adalah kumpulan pedagang dan penjual jasa kecil yang dari segi produksi tidak begitu menguntungkan meskipun menunjang kehidupan bagi penduduk yang terbelenggu kemiskinan, Bu Fajar boleh saja terbelenggu oleh kemisikinan, namun ia tidak menyerah begitu saja. Ia bercita cita membiayai sekolah anaknya hingga lulus SMA. 
Bu Fajar kecil menaruh harapan besar mengenai masa depan, salah satunya adalah bisa jalan jalan ke Jakarta. Saya mengerutkan kening. “Disini saja bu” ucap saya. “Fajar di Jakarta tidak seindah fajar disini.”

Saturday, 26 May 2012

melihat kuda di tengah kota. jengah

Selepas pulang dr acara nulis bareng penerbit bukune, di kafe buku depok, saya tercengang melihat motor yang hampir saja menabrak saya hanya karena seekor kuda yang ikut terseret di dalam kemacetan  lampu merah lebak bulus, tiba tiba saja kuda itu mengambil jalur kanan. Bayangkan, apa rasanya menjadi kuda berwajah sedih itu, tengok saja, ia mengibas ekor dengan terpaksa, menghirup udara kotor knalpot, terbakar matahari dan ikutan berkeringat di tengah panasnya jakarta. Ia seperti meminta tolong kepada saya, berbisik pelan agar diberikan satu petak rerumputan untuk berpijak kembali pada alam. Menghirup udara bersih perternakan. Tapi apa daya, aku tak mampu berbuat banyak. Aku tercengah, menatap kusir yang memaki mereka, memaksa mereka menghirup asap knalpot dan bermcet macet ria. Aku sadar sekali, kusir itu butuh uang buat menghidupi keluarganya, untuk membiayai tagihan tagihan sadis akibat semakin mahalnya biaya hidup di ibukota. Aku sadar betul hal itu, tapi aku menginginkan keadilan. Bahwa manusia dan binatang harusnya bisa bersinkronisasi. Bahwa binatang membutuhkan habitatnya, sedangkan manusia biarkan saja mereka berpijak di ibukota. Jangan bawa mereka, saya mohon, kembalikan mereka.

Tuesday, 15 May 2012


“IFan” Charger Ponsel Tanpa Listrik Dari Belanda


 Apa jadinya jika bumi kita krisis listrik? Sudah pasti harga listrik akan melambung tinggi. Krisis listrik adalah ketakutan terbesar saya karena sebagai penggila ponsel, saya tdak pernah absen menekan tombol untuk keperluan seperti browsing, chatting, email, dan SMS. Andai saja, menekan tombol ponsel sama dengan push-up satu kali, mungkin saya sudah selangsing Miss Bette Franke, model ternama asal Belanda. Ojek langganan saya saja, punya dua ponsel. Tidak mau kalah dengan tukang sayur dekat rumah yang menggunakan ponsel sebagai alat transaksi, Ibu saya bisa memesan sayuran yang ia inginkan dengan satu SMS singkat, esok pesanan sudah dibungkus dengan rapih. Betapa mudahnya hidup kita dengan teknologi.

Tapi apakah hidup dengan ponsel sudah cukup? Tidak. Coba saja tengok generasi sekarang yang menggunakan internet layaknya cemilan untuk menelan informasi yang mereka butuhkan kapan saja. Bahkan, Ayah saya, tidak akan mengira bahwa bihun ayam buatan saya minggu lalu adalah hasil menyontek internet, yang saya akses melalui ponsel kesayangan. Belum lagi tetangga saya yang sedang demam bisnis online melalui ponsel, setiap hari ia harus bolak balik ke kantor pos demi mengirim orderan. Berapa banyak, yang aktif menjadi pedagang di dunia maya? Saya rasa banyak. Bulan Oktober tahun lalu saja, jumlah pengguna internet naik dari 13 juta menjadi 55 juta.

Bagaimana jadinya, jika pengguna ponsel di dunia menggunakan listrik minimal satu jam setiap hari untuk mencharger ponsel mereka. Bisa jadi kita akan mengalami krisis listrik jika tidak pintar pintar berhemat. Ketakutan saya atas krisis listrik semakin menjadi ketika negara kita berencana mengimpor listrik dari Malaysa di tahun 2014 nanti. Jaman saya kecil, rasanya tidak pernah ada pemadaman listrik bergilir, tidak seperti sekarang. Tersirat dibenak saya, apa yang akan dilakukan Belanda sebagai sebuah negera maju yang terkenal inovatif. Apakah Belnada akan melakukan penghematan seperti kita? Saya rasa tidak. Benar saja dugaan saya, alih alih memadamkan listrik secara bergilir, Belanda malah menciptakan alat unik untuk mencharger ponsel tanpa listrik.

Belanda menunjukkan kreatifitas dengan menciptakan alat untuk mencharger ponsel dengan menggunakan tenaga angin, hemat listrik 100%. Desainer Belanda yaitu Pak Tjeerd Veenhoven, telah menciptakan produk bernama iFan yang ia ciptakan untuk mencharger ponsel iphone miliknya. Cara membuat iFan sangat minim biaya, cukup menggunakan kipas dari komputer bekas yang kemudian dimodifikasi dengan menambahkan kulit karet sebagai sambungan ke ponsel. Melalui tenaga angin, iFan bisa menghasilkan listrik, Pak Tjreed selalu membawa serta IFan menuju kota dengan bersepeda, ia kini tidak lagi cemas kehabisan baterai akibat terlalu lama di jalan.

 Berangkat dari kecemasan, Pak Tjreed mencari penyelesaian dengan berfikir di luar kotak. Think out of box, adalah salah satu ciri berfikir kreatif. Saya ingin sekali dipinjamkan iFan oleh Pak Tjreed. Saya bisa bersepada sambil mencharger ponsel saya, dengan begitu body mirip Miss Bette Franke bukan lagi mimpi. Jika listrik menjadi barang mewah, saya akan menelepon Pak Tjreed memohon agar ia mengirimkan iFan. Kini Pak Tjreed tengah mengembangkan iFan agar bisa digunakan untuk mencharger apa saja. Sebuah kabar gembira dari Belanda, negara kecil namun memiliki kotak berfikir yang maha besar. 



Sumber:  http://www.24oranges.nl/?s=ifan/2012
               http://tekno.kompas.com/read/2011/10/28/

                 




Sunday, 13 May 2012

pil penenang dosis tinggi

aku lebih memilih untuk menulis daripada berbicara dengan mu, mengenai apa yang sedang terjadi dengan si penderita quater life crisis, macam aku ini. Aku merasa tidak ada satupun yang mengerti, kecuali Tuhan. Tidak ada satupun yang mendengarkan baik baik kecuali Tuhan, bahkan tidak juga dengan kamu meskipun aku sudah menceritakan secara gamblang dalam obrolan kita terakhir, bahwa aku mengharapkan kamu menjadi obat penenang. Sebenarnya, aku mengharapkan semua orang yang aku kenal bisa menjadi obat penenang saat aku sedang "sakit", tapi dari dulu peran aku tidak pernah berubah, Tuhan hanya menginginkan aku menjadi badut mereka, menjadi pil penenang mereka, tanpa mereka benar benar peduli bahwa aku adalah badut yang bisa sakit, sama sakitnya seperti mereka. 

Aku tahu, setiap badut juga butuh pil penenang saat "sakit". Tapi aku baru saja menyadari, bahwa aku adalah satu satunya badut yang tidak punya pil, aku layaknya badut kesepian. Aku tidak pernah meminta banyak dari kamu, yang sudah mengenal ku setahun lebih, teman terbaik sekaligus pacar menyenangkan. Aku hanya ingin kamu mengerti bahwa aku juga membutuhkan pil yang aku selalu berikan gratis kepada kamu, teman terdekat, dan keluarga. Pil yang sama ketika kalian semua membutuhkan support disaat sedang meragu dalam langkah hidup, ketika kalian membutuhkan kata-kata yang meninggikan yang kemudian membuat kalian bisa menemukan kepercayaan diri kalian kembali.Aku juga butuh itu.

Apakah, hanya aku yang diberikan keahlian dari Tuhan untuk bisa melihat keraguan dan ketidakpercayaan dalam diri kalian, bahwa kalian butuh ditinggikan selamanya tanpa menoleh sedikit pun ke wajah ku yang bisa kapan saja merasa terjatuh. Meskipun aku berteriak lantang bahwa aku badut yang sedang  "sakit", tapi apakah kamu benar benar mendengarkan? apakah aku terlalu berlebihan meminta kamu menjadi obat penenang yang aku butuhkan sesekali saja. Sesekali saja.



 

Ps: aku membutuh Pil dosis tinggi, Tuhan


Monday, 23 April 2012

Rumus Romance

dunia gonjang ganjing begitu saya mengetahui rahasia alam semesta. Rahasia yang saya simpan sendiri, namun lewat blog ingin saya bagikan dalam bentuk kalimat tanya. "it is true?", coba deh anda renungkan kembali hidup anda beberapa tahun kebelakang, coba ingat ingat lagi karakter2 pasangan anda, bandingkan satu persatu dan temukan rahasianya. 

Rumusnya sederhana yaitu A, B, A, B, A, B. A dan B adalah dua karakter yang saling bertolak belakang, bisa dibilang A adalah simbol atas karakter pasangan yang jenaka, tidak pedean, selalu berlagak bodoh, sama sekali tidak cool, tapi disisi lain lebih sweet dan hangat ketimbang B yaitu pasangan dengan karakter super cool, public speaking yang baik dengan image pintar, bisa berlagak bodoh dan jenaka namun dalam kadar yang masih cool, unreachable karena bisa menjadi sangat dingin, namun disisi lain lebih jantan dan gak menye menye dengan kadar percaya diri dan tingkat kesombongan tgkt dewa. Intinya A dan B, sangat bertolak belakang. Terkait dengan rumus A, B, A, B, A, B yang saya tuliskan diatas, bagaimana kalau saya namakan rumus saling silang. Kenyataannya, rumus saling silang saya temukan dalam sejarah panjang pengalaman romance saya yang penuh liku serta berdarah darah.
Rumus A, b, a, B....jika Menilik jejak jejak fosil di hati saya yang sudah soek, bisa dibilang pacar pertama saya adalah tipe A, Oke ini bukan pacar sih, lebih kepada love at first sight, saya berlaku layaknya secret admirer super bodoh yang gak berani bilang suka dibawah bayang bayang seragam putih biru. Polos abies, saya lebih memilih menjadi si pintar dan si kutu buku yang selalu maju ke podium penghargaan biar dia bisa lihat saya. Hadoooooh. 

Setelah dekat dengan tipe A, si cool yang pintar, saya lalu jadian dengan tipe B si jenaka dengan nilai pas-pasan. Pas Sma, pacar saya back to tipe A, lalu pas kuliah back to tipe B, Kemudian tipe A, Dan akhirnya berpacaran dengan tipe B yang sebenarnya punya segalanya dari mulai tampang dan otak tapi kelewat gak percaya diri dan selalu merasa dirinya adalah korban. Merasa dia tidak value sebagai calon suami kelak karena sifatnya itu, akhirnya saya putus. Tak lama, saya kembali berpacaran dengan tipe A, cool, percaya diri, sombong, dan pernah bilang "saya tidak suka wanita yang terima saya apa adanya".. semata mata karena dia percaya bahwa dirinya "lebih" dan akan menjadi semakin lebih di depan, dia menolak konsep sebagai si "apa adanya" sehingga ia merasa berhak mendapatkan wanita yang juga "lebih" dan bukan wanita "seadanya". Ini adalah bentuk kesombongan yang menurut saya seksi. Dia telah menentukan dirinya sebagai bagian dari kelas aristokrat, ia menolak bersikap di kelas rakyat jelata meskipun sebenarnya dari segi apapun ia memang hanya rakyat jelata, namun ia percaya, bahwa kelas buruh ini hanya sementara. kesombongannya sangat seksi dimata saya dan menulari saya, dia punya value. Namun karena dia maupun saya kelewat dingin dan akhirnya kita break. Kemudian putus dari si A, sekarang saya berpcaran kembali dengan si tipe B, SUPER jenaka yang sifatnya sama persis dengan si B super ganteng yang saya pacari selagi kuliah. 

Terlihat jelas bahwa ada pola A, B, A, B, ini berjalan sebagai mana mestinya, kalau kalian bilang ini hanya kebetulan, menurut saya ini bukan kebetulan...coba saja perhatikan sendiri pola romance anda.

Tuesday, 10 April 2012

Youth and Development

Youth and Community Development

In December 2010, I got involved with Habitat for humanity organization project in Sentul areas, Bogor. Habitat for humanity is a non profit organization with the main purpose of helping our low income community, who are less able to build a decent place to live. Habitat organization has been running since 2007 in Indonesia, Mr Budi, as Habitat staff said to me that since 1997 until July 2011, Habitat has been helping 3 thousand family to get a decent places to sleep at night. Habitat also taking care people who lost their houses because natural disaster like earthquakes and tsunami in Aceh.

I got information of Habitat programs from my Japanese colleague who have been active as Habitat volunteer in Indonesia since 2 years. Fact that my Japanese foreign friend have better information about Habitat organization existence in Indonesia was really make me sad, its pushed me to made a few step ahead to introduce Habitat programs to youth generation because I guess not many people notice. Habitat need to raised the fund from personal donator and companies, and to reduce the cost Habitat needs so many active volunteer all over Indonesia. Mr Budi was explaining to me that Habitat need financial support to collecting the fund, then I had an idea to made an article about Habitat organization for Japanese company readers in Indonesia. I have been working in Japanese internal media, so I thought why don’t I used my power for making a few differences, I’m just trying to be agent of change in my small community using small power that I have. Hopefully from my short article about Habitat programs, many Japanese companies in Indonesia are willing to be Habitat donatur as part of their corporate social responsibility programs.

I thought by published a short story about Habitat programs, means that I have already put myself as a functional youth citizen, but I realized that we need more than a million of youth generation to create a better world for low income community, I know that youth generation have a big power, but they are not yet fully aware with power they might have.
In fact, on Habitat sentul project around September - December 2010, I was getting a hard time to faced the fact that most of volunteers were a youth foreigner. I was thinking where Indonesian youth volunteers did go?.

I had found a bitter fact that 100% Habitat volunteers on Sentul project was from youth foreigner, they were coming from International school like Korean international school and Jakarta International school. They were painted the wall, cut the woods, cleaning the windows, put the lamp, put the floor, and after 3 hours working they were made a closing ceremony to gratefull what they did and made a promises to help others even from different nation and social classes. Several volunteer also coming from University exchange student like Japan. It was quite hard and sad to watched that foreigner helped our community while our own youth generation might not knowing the existence of Habitat humanity programs.

I don’t blame anyone with the fact that Indonesian youth generation might have a less information tools, but i was over thinking with the reason behind this. Value that youth foreigner have that we don’t have, we should take a look to international school curriculum system, they have been held social action and social awareness as school subject with credits, student need to make a real contribution to the community to pass that subject. As matter a fact, foreigner student were being pushed to have a social awareness since they were children. I think we need to follow exactly the same, I think its very important to put social action as one of subject since the primary school. National education system should add social activity as one of important subject. We need to create social awareness since they were children.

I have been taking my role by introducing Habitat programs to my youth friends. If we were gathering together, I was pretty sure that we can build a million houses for million low income family all over Indonesia. What been missing from our youth generation was the lack of information for social activity. There for, we need to use internet as a tools to get connected, because todays youth generation have been using internet as part of their life style. We were totally different with 90’s era when the only way to spreading the information was from printed media. In fact, since 2011, 40 million people In Indonesia were using internet every day from their small mobile phones. So I had been posting on my facebook account picture that I taken from Habitat programs. I wrote the description on my facebook about Habitat mission. I was hoping from my 600 hundred facebook friends could seeing what I have been posted, or at least they would be familiar with Habitat organization.

In conclusion, first, I think we need to put social activity as a new subject since in primary school, because we need to create social awareness since they were children, as next youth generation who will make a real contribution for community in the future. Second, government and non profit organization must work together to introduce social programs using internet. We can use major social platform like facebook fan pages, twitter, blogger, kaskus forum, or anything as a new way to reaching youth generation understanding and support.
\

Sunday, 1 April 2012

google dan Bob Sadino



Tanggal 31 maret 2012, festifal UKM 2012 diadakan dengan tema bisnis online. Event ini terselenggara berkat Google, yang gosipnya akan buka kantor di Indonesia, markplus inc media dan beberapa mitra diantaranya Multiply market places Indonesia. Pembicara yang saya tunggu tunggu adalah Bob Sadino, yang diperkirakan hadir menggunakan celana pendek seksi. Tepat seperti dugaan saya, Om Bob hadir dengan gaya kasual andalannya. Dengan tema denim, ia menggunakan celana pendek jeans diatas dengkul dan kemeja putih, effortless casual look, bravo om Bob!!!. Andaikan saya mempunyai paha selangsing om bob, mungkin saya juga akan mengenakan kostum yang gak kalah kasual dan seksi kayak Om Bob, yeaaah....i wish. But Everyone knows that i'm getting fat..."cry"



Om Bob yang super nyentrik ini menampar audience dengan pernyataan kerasnya bahwa sekolah formal telah membuat semua orang bodoh, mematikan kreatifitas, dan menumbuhkan pengharapan. Pernyataan Om Bob mematahkan penjelasan CEO Markplus-Bapak Hermawan Kartajaya yang mengatakan pengharapan dibutuhkan untuk memulai bisnis dengan rumus khas ekonomi seperti differensiasi, positioning, dan branding. Dengan sangat lugas, Om Bob berpesan kepada 2000 perserta UKM bahwa binis tidak usah dipikir dengan gaya sok ilmiah melalui teori memusingkan, ia mengaku akan berhenti berbisnis jika sebelumnya ia mendengar teori Pak Hermawan Kartajaya yang sungguh membingungkan. Telak saja komentarnya membuat audience tertawa sekaligus merasa tidak enak dengan Pak Hermawan yang duduk dibangku depan. Singkat kata, Om Bob mengatakan bahwa yang penting dalam bisinis adalah memulai dan lakukan,itu saja. Bisnis menurutnya tidak usah dibawa pusing karena bisa dilakukan oleh siapa saja yang tahan banting dan tidak cengeng, terlebih lagi pengharapan yang besar dalam membuat bisnis hanya akan membuat anda mudah patah arang begitu mudah.

Saya salut dengan Om bob, dari pedagang telor hingga pemilik tunggal kemp chicks supermarket, ia kemudian berkata pelan kepada audience yang mengaku lelah karena usahanya tidak berkembang setelah 4 tahun berusaha, Om bob berteriak lantang bahwa tidak ada yang prosesnya instan, bahwa ia sendiri saja membutuhkan waktu 40 tahun untuk bisa berdiri seperti sekarang. Pantas saja, ia menjadi Sumber insipirasi ribuan audience untuk memulai usaha dari nol saat ini juga, tidak usah menunggu esok.

Protes Om Bob yang paling telak adalah penyebutan istilah UKM-usaha kelas menengah yang menurutnya terlalu mengkerdilkan, ia kemudian berpesan agar pemerintah mengganti istilah tersebut dengan UBB yaitu usaha bakal besar, well...i'm totally agree with you Om Bob, *tepok pramuka*

Motivator ternama, pak Mario Teguh turut memberikan dukungan kepada audience. Satu hal yang sangat menginspirasi saya berangkat dari pengakuan beliau yang menuntut perubahan dalam dirinya saat berumur 35 tahun, so its never too late to change into better you. Beliau memgatakan umur 35 adalah titik balik kehidupannya,moment dimana ia berbicara dengan pantulan dirinya yang berwajah lesu, seperti tidak mengenali diri sendiri, ia kemudian berjanji di depan cermin bahwa "its just a matter of time to be a better you, menjadi pribadi lebih baik.

Festifal ini terbilang istimewa karena diselenggarakan gratis tis tis tis. Peserta yang datang kurang lebih mencapai angka 2 ribu, tidak sedikit dari mereka yang rela datang dari jauh seperti kota Bandung, Yogyakarta, Tegal, dan Surabaya. Acara yang terselenggara berkat google ini memberikan domain gratis sebagai alat memulai bisnis online bagi 100 ribu orang pertama, anda cukup mengakses www.bisnisgoonline.com untuk memperoleh domain gratis

saya sendiri sudah mendaftar, dengan nama website movensphotography.web.id. Rencananya untuk mempromosikan jasa photography yang akan saya bangun bersama photographer berpengalaman. Kemungkinan besar, besok domain saya sudah bisa diaktifkan, semoga saja. doa kan saja


jadi tunggu apa lagi guys, ayo daftar segera, nyalakan internet anda...