Monday 20 September 2010

Jakarta traffic love story

Udara jakarta berteriak marah pada pukul 3 siang itu, seakan-akan matahari hanya berjarak seratus meter dari kepala. Sambil berkeringat peluh, Dara memainkan rambut bergelombangnya. Ia menatap lautan manusia di terminal busway arah grogol sambil mengutuk pelan. Persetan dengan jakarta. "Panasnya membunuh ku perlahan", dara memaki sambil mencari uang lima ribuan di dalam tas selempangan.

"terima kasih dek" ucap petugas Busway sopan. Dara tersenyum terpaksa, ia paling benci jika ada orang memanggilnya dengan sebutan adek. Lebih baik dipanggil tante girang ketimbang adek. Bukan salahnya jika ia hanya memiliki tinggi badan krang dari 150 cm saja, toh kedua orang tuanya ketua perkumpulan golongan manusia bonsai se-Jakarta. Jadi Dara tidak heran jika tinggi badannya berhenti tumbuh saat ia masih SMP berpuluh tahun yang lalu. Pikirnya, Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Dan sekali lagi, ia mengutuk pelan.."persetan dengan Jakarta dan keramahtamahannya yg berengsek".


Dara menghela nafas berat ketika ia menyeruak kerumunan manusia-manusia tidak sabaran yang berlomba ingin cepat pulang. Mereka seperti kucing jalanan yang sedang berebut tulang. salah, mereka layaknya kucing garong sedangkan dara dengan tubuh pendek hanyalah tikus got yang harus siap-siap mengalah. Dengan sangat tahu diri Dara menyingkir, ia membiarkan saja beberapa bus melewati dirinya. Ia mengalah pada kucing garong yang menggeram marah satu sama lain demi mendapatkan bangku kosong. Tubuh berkeringatnya menyender pada dinding kaca, tak ada sedikit pun senyum di wajahnya. Dara merasa kalah. Tiba-tiba ia merindukan kota Bandung yang dingin. Merindukan hari-hari menyenangkan disana. Paling tidak, bandung tidak pernah membuatnya merasa seperti tikus got yang lepek. Udara Bandung sangat bersahabat, angin sejuk selalu datang menyapa lembut tubuhnya. Selimut menjadi kekasihnya saat malam. Otaknya dingin, amarah lebih banyak terdiam di ruang jiwa dan tak mampu bersuara.

Kini amarah sering muncul dipermukaan, seiring dengan udara panas, macet dan polusi kota Jakarta. Seiring dengan keseharian Dara yang harus berdesak-desakan, seiring dengan waktu yang lebih banyak dihabiskan di jalan ketimbang menjadi produktif karena macet mengambil setiap menit berharga dalam hidup manusia.

Entah sudah berapa jam berlalu dalam diam, entah sudah berapa banyak Busway yang melewatinya..Dara mendapati diri memperoleh ruang sempit untuk berpijak menuju kebon Jeruk, untuk bisa kembali bermain dengan kucing persia gendut di sofa kayu ruang tamu. Ia menyerahkan keseimbangan tubuhnya pada pegangan minim di busway. Entah siapa yang membuat standart tinggi- rendahnya bus Jakarta, yang jelas pegangan bus hanya mampu diraih dara ketika ia berjinjit sepenuh tenaga. Dan Berjinjit dalam waktu yang lama bukanlah perkara mudah. Dara jelas-jelas bukan Balerina. Lagi-lagi Persetan dengan Jakarta..

Dara terjatuh, ketika supir berjas itu mengerem dan menginjak gas tiba-tiba. Dara terjatuh hebat hingga tubuhnya menghantam keras manusia yang duduk dikursi dihadapannya. Mata bulatnya mencari-cari sepatu high heel yang terlepas dari kaki pendeknya. Seharusnya sepatu itu tidak terlepas terlalu jauh, namun karena terlalu berdesak-desakan ia tidak dapat melihat kebawah dengan jelas. Lampu Busway itu temaram saja seperti lampu kamar mandi di wc umum murahan pasar senin. Dara panik, kepanikannya membuat ia lupa meminta maaf pada sosok dihadapannya yang telah ia hantam. Otaknya sibuk mencari sepatu sialan. Seketika tangan panjang sosok itu mengambil sesuatu dan meraihnya..meraih sepatu sialan itu. Ia dengan mudah menemukannya. Dara merasa lega, ia meraih sepatu itu sambil berjanji tidak akan pernah menggunakannya. Demi seluruh tikus got di Jakarta, ia berniat menyingkirkan sepatu itu dari hidupnya.



'terima kasih", ucap Dara Pelan. Mata bulatnya kini bertemu dengan mata jenaka pria dihadapannya. Pria yang telah dihantamnya keras dan membantu menemukan sepatu sialannya itu. Pria itu tersenyum. Lebih tepatnya senyum agak mengejek, entahlah...

Lalu dalam gerakan yang amat cepat pria itu berdiri dan berucap pelan: "duduk aja..pasti capek kan jinjit terus dari tadi". Dara bengong...ia malu karena ketahuan terlalu pendek, meskipun ia sudah memakai high-heel sepenuh hati untuk membuat dunia percaya bahwa ia manusia dan bukan pohon bonsai.

.................tO Be continue...................................

Sunday 19 September 2010

coffee break, rain and you..






"Your friend is the man who knows all about you, and still likes you."
-- Elbert Hubbard


Jakarta, 16.40.
Dia menatap ku, menatap diri ku yang sedang menyeruput plain kopi yang kami pesan sore itu. "u look so quiet today" he said..

Aku hanya tersenyum singkat, merasa jengah. Aku hanya tidak ingin ada satu pun manusia mengganggu ku menikmati hujan. Sekalipun dia teman lama yang sangat metropolitan dengan gadjet super lengkap yang selalu membuat ku iri dengan kisah sukses hidupnya. Iri karena aku berharap suatu hari nanti aku akan seperti dia, menduduki posisi penting diperusahaan ternama dan bergelimang harta ditengah keluaraga yang tidak akan pernah jatuh miskin hingga tujuh turunan. Hanya saja hari itu..aku sedang tidak peduli dengan nama belakang dia yang cadas, aku bahkan tidak peduli dengan biaya listrik dan tarif tol yang melunjak, aku sedang jatuh cinta dengan hujan. Jendela besar dihadapan ku membuat ku tersihir, aku melihat kekasih ku sedang menari-menari membasahi sudut pikuk jakarta. Aku seperti alice in wonderland yang tiba2 terseret ke sebuah lubang dimana hanya ada aku dan hujan.

kemudian, aku menatapnya...sosok dihadapan ku.
entah sudah berapa tahun kita tidak bertemu hingga tiba-tiba saja Tuhan memberikan dia postur tubuh menjulang tinggi dan berisi. Dia sangat bertolak belakang ketika kita masih sekolah dulu, namun cara ia tersenyum masih sama...memberikan efek menyembuhkan. Padahal ia bukan ahli psikologi atau cenayang, tapi bertukar pikiran dengannya tentang arti hidup selalu memberikan kenyamanan dan memberikan kekuatan tak kasat mata untuk kemudian mengambil masalah-masalah hidup ku yang tercecer di jalan.

"apakah kalian berpacaran?" pertanyaan itu pernah diajukan ke kami suatu peristiwa. Lalu kami menjawab dengan gelengan kepala pelan. Lalu aku merasa tidak nyaman..sangat-sangat tidak nyaman..ketika ku lihat dua atau tiga wajah berparas cantik menatap lega mendengar berita ini. Aku tidak nyaman dengan pikiran picik kalian, memangnya berteman dengan pria impian jutaan wanita harus dijalani dengan ketidaktulusan???. Aku tulus berteman dengannya, tidak pernah terpikir sekalipun untuk menjadikannya pacar. Dia ku anggap terlalu sempurna, layaknya tokoh komik. Dan sebaliknya dia menganggap ku unik cenderung freak dengan ketidaksempurnaan-ku. Inilah yang menjadikan kita friendship for life. Di kehidupannya dia selalu dihadapkan pd wanita-wanita sempurna yang mudah mendapatkan apa pun..tapi nyatanya ia justru lebih awet menjalin persahabatan dengan aku yang Rock n Roll (hahaha). Seperti aku yang merasakan aroma segar ketika berteman dengan si aristokrat ini. Cara berfikirnya, benar-benar membuat si rakyat jelata seperti aku kagum.

hingga kini Kita berbagi dua dunia yang berbeda, kelas atas dan golongan kelas bawah, aristokrat dan jiwa anarki rakyat jelata.

Monday 13 September 2010

My No 1 Dying Place to Get Toned



Raja empat known as the best snorkling place in Indonesia because it's has almost 5 million species. But too bad, this place was develop by foreign people not by local papua society. The resort and restaurant a little bit west style, they provided us with pasta kind of food dan of course seafood with a west taste of ingredient..yaks!

when i travelled i always prefer to taste a local food, local cigarette and sleep in local house..they way of living which is definitely quite different with girl from java island like me.. always interested me! beside that..papua local people a little bit sexy for me, brown skin and a six pack stomach..yeay, my eyes is burn...LOL

now i'm saving my money to be here soon..*big grin smile*