Wednesday 22 February 2012

gembok berkarat


katakan, apakah kita punya masa depan?
kau terdiam, raut wajah mu mengeras, seakan-akan bimbang
Aku tersenyum, merasa terhempas ke kerak bumi, lalu gelap.



Bimbang mu merasuki bawah sadar-ku, merasa tak cukup baik untuk mu, aku telah membuang tahun berharga yang kini tak mungkin kembali. Aku habiskan setiap detik untuk membuat mu percaya bahwa aku ada dan satu-satunya. Bahwa Tuhan menciptakan Aku dari tulang rusuk mu. Hari itu, ak hanya butuh kejelasan, dalam Satu episode penuh drama di Bandara, kini terpapar jelas dalam ingatan ku, setelah bertahun-tahun ku hempaskan dalam kotak bergembok. Aku menyerah.


Menatap mu datang dengan ransel besar sambil tergopoh-gopoh menghampiri ku diruang tunggu, mengenakan celana pendek army dan kaos hitam kesayangan mu, rasanya hujan diluar, entahlah, karena aku merasa dingin melihat mu...

"Maaf" kata mu dalam nada pelan
aku menunduk menatap lantai
merasakan detik demi detik berjalan lambat
Pikir ku, untuk apa kau minta maaf jika keputusan mu sudah bulat
pikir ku, sekalipun aku menangis, kau tetap pergi

"Katakan pada ku, apakah aku bagian dari masa depan mu?"
pertanyaan yang sudah aku susun rapih sejak semalam
aku hanya ingin jawaban menenangkan, yang akan membuat ku bernafas lebih baik ke depan

"jika ya katakan iya"
"jika ragu, katakan saja tidak"
Kau terdiam, muka mu bimbang...
..tidak usah kau katakan, aku sudah tahu

aku tersenyum lebar memeluk mu, merasakan kekosongan menyerang ku tiba-tiba.
"baik-baik yah", kata ku sebelum beranjak pergi meninggalkan bandara.

Saat itu, aku merasa telah mendapatkan ketegasan untuk bisa berpijak

Ku pikir itu titik,
lantas kenapa kau buka lagi gembok yang sudah berkarat

No comments:

Post a Comment