Sunday, 19 September 2010

coffee break, rain and you..






"Your friend is the man who knows all about you, and still likes you."
-- Elbert Hubbard


Jakarta, 16.40.
Dia menatap ku, menatap diri ku yang sedang menyeruput plain kopi yang kami pesan sore itu. "u look so quiet today" he said..

Aku hanya tersenyum singkat, merasa jengah. Aku hanya tidak ingin ada satu pun manusia mengganggu ku menikmati hujan. Sekalipun dia teman lama yang sangat metropolitan dengan gadjet super lengkap yang selalu membuat ku iri dengan kisah sukses hidupnya. Iri karena aku berharap suatu hari nanti aku akan seperti dia, menduduki posisi penting diperusahaan ternama dan bergelimang harta ditengah keluaraga yang tidak akan pernah jatuh miskin hingga tujuh turunan. Hanya saja hari itu..aku sedang tidak peduli dengan nama belakang dia yang cadas, aku bahkan tidak peduli dengan biaya listrik dan tarif tol yang melunjak, aku sedang jatuh cinta dengan hujan. Jendela besar dihadapan ku membuat ku tersihir, aku melihat kekasih ku sedang menari-menari membasahi sudut pikuk jakarta. Aku seperti alice in wonderland yang tiba2 terseret ke sebuah lubang dimana hanya ada aku dan hujan.

kemudian, aku menatapnya...sosok dihadapan ku.
entah sudah berapa tahun kita tidak bertemu hingga tiba-tiba saja Tuhan memberikan dia postur tubuh menjulang tinggi dan berisi. Dia sangat bertolak belakang ketika kita masih sekolah dulu, namun cara ia tersenyum masih sama...memberikan efek menyembuhkan. Padahal ia bukan ahli psikologi atau cenayang, tapi bertukar pikiran dengannya tentang arti hidup selalu memberikan kenyamanan dan memberikan kekuatan tak kasat mata untuk kemudian mengambil masalah-masalah hidup ku yang tercecer di jalan.

"apakah kalian berpacaran?" pertanyaan itu pernah diajukan ke kami suatu peristiwa. Lalu kami menjawab dengan gelengan kepala pelan. Lalu aku merasa tidak nyaman..sangat-sangat tidak nyaman..ketika ku lihat dua atau tiga wajah berparas cantik menatap lega mendengar berita ini. Aku tidak nyaman dengan pikiran picik kalian, memangnya berteman dengan pria impian jutaan wanita harus dijalani dengan ketidaktulusan???. Aku tulus berteman dengannya, tidak pernah terpikir sekalipun untuk menjadikannya pacar. Dia ku anggap terlalu sempurna, layaknya tokoh komik. Dan sebaliknya dia menganggap ku unik cenderung freak dengan ketidaksempurnaan-ku. Inilah yang menjadikan kita friendship for life. Di kehidupannya dia selalu dihadapkan pd wanita-wanita sempurna yang mudah mendapatkan apa pun..tapi nyatanya ia justru lebih awet menjalin persahabatan dengan aku yang Rock n Roll (hahaha). Seperti aku yang merasakan aroma segar ketika berteman dengan si aristokrat ini. Cara berfikirnya, benar-benar membuat si rakyat jelata seperti aku kagum.

hingga kini Kita berbagi dua dunia yang berbeda, kelas atas dan golongan kelas bawah, aristokrat dan jiwa anarki rakyat jelata.

No comments:

Post a Comment